Sabtu, 02 Januari 2016

Mantiq : Proposisi



Hasil gambar untuk proposisi
PROPOSISI

A. Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan
    Penulis menulis makalah ini, karena ingin memaparkan dan menjelaskan, apa yang dimaksud proposisi dan bagaimana ruang lingkup mengenai proposisi ?. Proposisi secara garis besar merupakan pernyataan tentang hubungan yang terdapat  di antara dua term atau juga sering disebut sebagai kalimat berita yang menyatakan pembenaran atau penyangkalan.
    Penulis juga melakukan penulisan ditujukan untuk mengerjakan tugas mata kuliah Mantiq, yang tujuannya sebagai bahan penilaian dalam Ujian Tengah Semester. Semoga dengan hasil penulisan ini dapat mewakili tugas mata kuliah Mantiq, dan dapat menjadi bahan penilaian dalam Ujian Tengah Semester.

B. Pembahasan
1. Pengertian Proposisi
        Menurut Aristoteles, proposisi adalah semacam dari kalimat. Akan tetapi tidak semua kalimat merupakan proposisi.proposisi adalah kalimat berita yang menyatakan pembenaran atau penyangkalan. Karena itu proposisi mengandung sifat benar atau salah. Proposisi merupakan pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua term, yaitu term yang di terangkan, yang disebut subjek, dan term yang menerangkan, yang disebut predikat.[1]
        Proposisi dengan kata lain putusan adalah akal budi terkait pembenarkan atau penolakan terhadap sesuatu. Sebagai contoh: Ketika akal budi sedabg melakukan perbandingan antara kucing ini dengan gagasan tentang kucing Anggora. Jika ditemukan hubungan yang saling menguatkan, maka putusannya bermakna afirmasi  yakni pembenaran; kucing ini adalah kucing Anggora. Begitu juga sebaliknya, jika ditemukan hubungan yang saling mengingkari maka keputusannya bermakna negasi yakni penolakan atau pengingkaranj; kucing ini bukan kucing Anggora. Gagasan pertama inilah yang disebut subjek dan gagasan kedua disebut predikat. Sehingga jelas bahwa proposisi adalah pernyataan diman subjek diingkari dari predikatnya, misalnya : kucing bukan harimau. Proposisi dengan begitu adalah kalimat deklaratif baik berupa afirmasi atau negasi.[2]
        Semua proposisi adalah kalimat, akan tetapi tidak semua kalimat merupakan proposisi. Hal ini jelas karena tidak semua kalimat mengandung penegasan atau pengingkaran terhadap suatu gagasan., yang dapat disebut proposisi hanyalah kalimat deklaratif, yakni kalimat dengan kandungan pernyataan afirmasi atau negasi.[3] Adapun kalimat-kalimat, seperti perintah, larangan, pertanyaan, seru, harapan, keinginan, do’a, sumpah, pujian, celaan dan keheranan tidak termasuk kalimat-kalimat proposisi.[4]

2. Unsur-unsur Proposisi
        Satu proposisi mengandung tiga unsure, yaitu subjek; hal yang diterangkan, predikat; hal yang menerangkan, dan hal yang mengungkap hubungan antara subjek dan predikat, yang dinamai copula; yang dalam bahasa Inggris disebut: to be (Arab: Rabithah). Pada proposisi “semua manusia adalah mortal”, term “semua manusia” adalah bagian yang menjadi subjek, term “mortal” adalah bagian yang menjadi predikat, adan “adalah” merupakan tanda yang menyatakan hubungan antara subjek dan predikat, disebut copula.[5]             
        Sumaryono menegaskan ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam setiap proposisi :
a. Pemahaman yang memadai tentang kedua jenis gagasan yang hendak kita analisiskan.
b. Perbandingan yang tegas antar kedua gagasan, untuk kemudian kita selidiki dan amati masing-masing isi pengertiannya.
c. Pernyataan atas pembenaran atau penolakan antar dua gagasan yang hendak diperbandingkan atau dihubungkan.[6]

3. Macam-macam Proposisi
        Dalam proposisi, predikat dihubungkan dengan subjek. Jika hubungan tersebut tanpa bergantung kepada suatu syarat, proposisinya dinamakan proposisi kategoris (al-qodhiyah al-hamliyah). Jika hubungan antara subjek dan predikat itu berdasarkan pada suatu syarat tertentu, proposisinya disebut proposisi kondisional (al-qadhiyah al-syartiyah).[7]
Adapun penjelasan mengenai kedua macam proposisi tersebut ialah :
  1. Qadhiyah hamliyah (proposisi kategoris)
Qadhiyah hamliyahadalah sesuatu qadhiyah yang di dalamnya terdapat penyadaran (hamlu) satu sisi pada sisi yang lain, baik berbentuk kalimat positif (ijab) atau negative (salb).
Sisi atau bagian yang dihukumi (mahkum ‘alaih) dan terletak di awal qadhiyah disebut mawdhu’, dan sisi yang berisi hukum (mahkum bih) dan terletak di akhir qadhiyah disebut mahmul.
Qadhiyah hamliyah diklasifikasikan menjadi dua macam :
1.      Qadhiyah Hamliyah kulliyah (universal)
2.      Qadhiyah Hamliyah syakhshiyah (tertentu)[8]

b. Qadhiyah syartiyah(proposisi hipotesis)
Adalah suatu qadhiyah yang di dalamnya memuat hukum yang berbentuk pengkaitan (penggantungan) satu sisi pada sisi yang lain, atau berbentuk saling meniadakan (menafikan) antara kedua sisi, baik berbentuk kalimat positif (ijab) atau negatif (salb).
Qodhiyah syartiyah dikelompokkan lagi menjadi dua macam :
1.      Qadhiyah syartiyah muttashilah (menghubungkan)
2.      Qadhiyah syartiyah munfasilah (meniadakan).[9]



Adapun pendapat lain mengenai macam proposisi, menurut Aristoteles terbagi menjadi empat, yaitu :
1.       Proposisi Universal Afirmatif
Ialah proposisi yang subjeknya berupa term universal dan predikatnya membenarkan seluruh subjeknnya.
2.       Proposisi Universal Negatif
Ialah proposisi yang subjeknya berupa term universal dan predikatnya menyangkal seluruh subjek.
3.       Proposisi Partikular Afirmatif
Ialah proposisi yang subjeknya berupa term partikular dan predikatnya membenarkan sebagian subjeknya.
4.       Proposisi Partikular Negatif
Ialah proposisi yang subjeknya berupa term partikular dan predikatnya menyangkal sebagian subjeknya.[10]

            Kesimpulan
Semua proposisi adalah kalimat, akan tetapi tidak semua kalimat merupakan proposisi. Hal ini jelas karena tidak semua kalimat mengandung penegasan atau pengingkaran terhadap suatu gagasan., yang dapat disebut proposisi hanyalah kalimat deklaratif, yakni kalimat dengan kandungan pernyataan afirmasi atau negasi.


[1]Zainun Kamal. 2006. IBN TAIMIYAH VERSUS PARA FILOSOF.Jakarta. RajaGrafindo Persada. Hlm 24
[2]Aliet Noorhayati S. 2015. Pengantar Logika. Cirebon. Confident. Hlm 16-17
[3]Ibid, hlm 17
[4]Zainun Kamal. 2006. IBN TAIMIYAH VERSUS PARA FILOSOF.Jakarta. RajaGrafindo Persada. Hlm 24

[5]Zainun Kamal. 2006. IBN TAIMIYAH VERSUS PARA FILOSOF.Jakarta. RajaGrafindo Persada. Hlm 25
[6]Aliet Noorhayati S. 2015. Pengantar Logika. Cirebon. Confident. Hlm 18
[7]Zainun Kamal. 2006. IBN TAIMIYAH VERSUS PARA FILOSOF.Jakarta. RajaGrafindo Persada. Hlm 27
[8]Darul Azka Nailul Huda. 2013. Sulam al-Munawaroq. Kediri. Lirboyo Press. Hlm 65-66
[9]Darul Azka Nailul Huda. 2013. Sulam al-Munawaroq. Kediri. Lirboyo Press. Hlm 65
[10]Zainun Kamal. 2006. IBN TAIMIYAH VERSUS PARA FILOSOF.Jakarta. RajaGrafindo Persada. Hlm 28-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar